Belajar Kesederhanaan Dari Mbak Waljinah

Mbak Waljinah adalah seorang tetangga dekat rumah saya. Dia yang sering dipanggil Ibuk untuk bantu nyuci baju atau beres-beres rumah setiap seminggu (maklum lah di rumah hanya ada saya yang malas ini dan ibu saya yang sudah cukup sepuh 😀 ). Mbak Wal ini adalah tulang punggung bagi keluarganya, di usianya yang sekitar 40 tahun ini ia menghidupi 2 anak nya yang masih kecil-kecil, dan ayahnya yang sudah berusia lanjut dan pikun. Menggantungkan diri dari tenaganya yang masih kuat sebagai buruh cuci baju, dan pembantu dengan penghasilan setiap hari yang tidak seberapa. Kadang dapat rejeki pula dari tetangga yang kebetulan makanannya berlebihan.

Suami Mbak Wal ini sudah pergi dan menikah lagi dengan perempuan lain, saat Mbak Wal tengah hamil tua anak yang terkecil. Jadilah dia berjuang sebagai single parent untuk 2 orang anaknya yang masih kecil, tanpa sedikitpun nafkah yang ia terima dari suaminya. Kadang miris dan iba kalau dengar dia cerita. Tapi, rupanya Allah sengaja mengirim dia dan pengalaman hidupnya agar menjadi pelajara untuk saya :). Sesulit apapun hidupnya, sepahit apapun luka hatinya, dia tida pernah mengeluh. Yang sering saya dengar malah ucapan syukurnya. Seberapapun rejeki yang ia dapat dari hasil kerja kerasnya, ia tetap bersyukur.

Kadang saya masih belum bisa membayangkan, gimana rasanya hidup sendiri tanpa suami, membesarkan 2 anak yang masih kecil, masih lagi harus merawat ayahnya yang sudah sepuh. Tapi Mbak Wal bisa melakukan itu. Kadang kalau sempet ngobrol, dia sering cerita tentang hidupnya, yang kadang dihina orang, yang kadang gak ngerti mesti gimana lagi ketika sama sekali tidak ada uang yang bisa dia belanjakan, dan mash banyak lagi. Tapi di sela ceritanya, dia pernah bilang, “kalau dicari susahnya ya susah terus mbak, tapi apa iya kita mau susah terus, kadang kalau di dada sudah penuh ya saya cuma bisa nangis, kadang merasa sedikit lelah dan sakit. Tapi bukankah semua ada yang mengatur, setiap saya berdoa saya yakin Allah akan mengabulkan. Alhamdulillah masih diberi kekuatan sampai saat ini, masih diberi semangat, masih diberi rejeki”.

Subhanallah, seperti ditonjok rasanya mendengar cerita dan melihat kekuatan dari wanita ini. Saya dengan gaji sekian, kadang masih merasa kurang, sementara dia, berapapun rejeki yang ia punya, dia selalu bersyukur. Kadang saya merasa begitu lemah ketika disakiti, tapi dia justru bangkit dan tetap semangat meskipun saya yakin hatinya teriris-iris, ditinggal suami menikah lagi di saat ia sendiri sedang hamil tua.

Tanpa bermaksud meng-ekspose latar belakang keluarga dan hidupnya, saya salut dengan Mbak Wal, dengan semangatnya, dengan kesabarannya, dengan sikapnya yang selalu bersyukur, dengan kerja kerasnya. Hari ini saya belajar tentang kesederhanaan dari dia, belajar bersyukur belajar untuk selalu be postiive dalam kondisi apapun. Di saat saya merasa lemah, Allah menunjukkan bahwa di sekeliling saya masih banyak merkea yang sebenarnya lebih lemah namun tetap bangkit untuk sebuah perjuangan. Alhamdulillh Allah memberi apa yang saya butuhkan 🙂

15 thoughts on “Belajar Kesederhanaan Dari Mbak Waljinah

  1. Subhanallah… semoga Allah selalu menjaga mbak dalam kesyukuran di tengah segala keterbatasan. terimakasih udah berbagi mbak. ceritanya menyentuh bgt. jadi inget Ibu saya di rumah deh.

    • aamiin.. Semoga Citra juga demikian, selalu dikuatkan dan dimudahkan 🙂

      Makasih Citra, itu real story lho, setidaknya kita tau banyak wanita kuat di sekitar kita, salam buat Ibu di Kendari ya 😉

  2. Allah pasti bersama orang yang sabar, mbak Waljinah sudah membuktikannya :). dibalik ketidak sempurnaan kondisi keluarganya… Allah memberikan kesuksesan yang tidak kecil

Leave a reply to Idah Ceris Cancel reply